Pages

Produksi Bunyi pada Manusia

PRODUKSI BUNYI PADA MANUSIA

Jika kita mendefinisikan kata produksi, maka diartikan sebagai menghasilkan. Sehingga jika kata produksi itu melekat pada kata produksi bunyi, maka dapat diartikan sebagai menghasilkan bunyi. Dalam uraian ini akan dibahas secara singkat mengenai produksi bunyi. Produksi bunyi yang berkaitan dengan bunyi ujar, merupakan suatu proses yang komplek.
Produksi bunyi bahasa dalam proses pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor yang terlibat, yaitu :
a) sumber tenaga (udara yang dihembuskan oleh paru-paru),
b) alat ucap yang dilewati udara dari paru-paru (batang tenggorok, kerongkongan, rongga mulut dan rongga hidung),
c) artikulator (penghambat).
Proses pembentukan bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan pernafasan sebagai sumber tenaganya. Pada saat kita mengeluarkan nafas, paru-paru menghembuskan tenaga yang berupa arus udara. Arus udara itu dapat mengalami perubahan pada pita suara. Arus udara dari paru-paru dapat membuka kedua pita suara yang merapat hingga menghasilkan cirri-ciri bunyi tertentu. Gerakan membuka dan menutup pita suara itu menyebabkan udara di sekitar pita suara itu bergetar. Perubahan bentuk saluran suara yang terdiri atas rongga faring, rongga mulut, dan rongga hidung menghasilkan binyi bahasa yang berbeda-beda. Bunyi bahasa yang arus udaranya keluar melalui mulut disebut dengan bunyi oral, sedangkan bunyi bahasa yang arus udaranya keluar dari hidung disebut dengan bunyi sengau atau nasal. Adapun bunyi bahasa yang arus udaranya sebagian keluar melalui mulut dan sebagian melalui hidung disebut dengan bunyi disengaukan atau dinasalisasi (Hasan Alwi, dkk: 2005:48).
Secara garis besar bunyi yang keluar dari mulut manusia bukan suatu peristiwa yang muncul secara tiba-tiba begitu saja tanpa ada proses terjadinya. Secara nyata, bunyi ujar/ bahasa tersebut terjadi ketika diawali adanya udara masuk ke paru-paru. Bermula dari udara itu dihasilkan oleh paru-paru yang diatur oleh gerakan-gerakan teratur dari sekat rongga dada. Apabila udara itu mengalir ke atas, melalui larinx dan farinx, lalu ke depan dan keluar mulut atau hidung atau kedua-duanya, arus udara itu dapat dihambat atau dirintangi pada berbagai tempat seluruh jalan itu dan bentuk dari ruang-ruang yang dilaluinya dapat diubah-ubah. Apabila pada saat bunyi itu keluar dari rongga mulut dan hidung mendapatkan halangan atau penyempitan dan disertai dengan bergetarnya atau tidaknya pita suara maka akan mengasilkan bunyi-bunyi kontoid/ konsonan. Sedangkan, bila saat keluarnya tidak disertai hambatan atau penyempitan pada rongga mulut tetapi disertai penyempitan pada glotis sehingga pita suara turut bergetar maka akan dihasilkan bunyi-bunyi vokoid/ vokal.
Bunyi, agar dapat dipahami oleh orang lain, terjadi proses tahapan-tahapan yang komplek. Berawal dari pemrosesan tingkat pesan, yang mana pesan diproses dahulu sebelum dikirim, kemudian melalui tahapan proses tingkat fungsional, yang mana bentuk leksikal dipilih lalu diberi peran dan fungsi sintaktiknya, selanjutnya proses tahapan berikutnya tingkat posisional, yang mana konstituen dibentuk dan afiksasi dilakukan, dan sebagai tingkat fonologi, yaitu struktur fonologi ujaran itu diwujudkan (Bock and Levelt, 1994:945-984).
Berikut ini bagian-bagian tubuh kita yang berperan dalam melakukan produksi bunyi bahasa. 
1.      Bibir (lip, labia)
Dalam pembentukan bunyi bahasa bibir atas adalah sebagai artikulator pasifnya bekerja sama dengan bibir bawah sebagai artikulator aktifnya, sehingga menghasilkan bunyi bilabial. Dapat juga bibir bawah sebagai artikulator pasifnya, hasil paduan itu adalah labio-dental.
2.      Gigi (teeth, denta)
Gigi dibagi menjadi dua bagian, yaitu gigi atas dan gigi bawah, tetapi yang banyak berperan sebagai penghasil bunyi bahasa yaitu gigi atas. Gigi atas berperan sebagai artikulator pasifnya bersama-sama dengan bibir bawah dan ujung lidah. Bunyi yang dihasilkan dengan hambatan gigi atas beserta bibir bawah disebut labio-dental dan dihasilkan oleh hambatan gigi atas dengan ujung lidah disebut apiko-dental.
3.      Langit-langit keras (hard palate, palatum)
Langit-langit keras merupakan susunan bertulang. Pada bagian depan mulai langit-langit cekung ke atas dan bagian belakang berakhir dengan bagian yang terasa lunak bila diraba. Dalam pembentukan bunyi bahasa langit-langit keras ini sebagai artikulator pasifnya, sedangkan artikulator aktifnya adalah ujung lidah atau tengah lidah. Bunyi yang dihasilkan oleh langit-langit keras (palatum) disebut palatal. Bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah disebut apikal dan bunyi yang dihasilkan dengan hambatan tengah lidah (medium) disebut medial. Gabungan yang pertama menjadi apiko-palatal, sedang gabungan yang kedua menjadi medio-palatal.
4.      Langit-langit lunak (soft palate, velum)
Langit-langit lunak bagian ujungnya disebut anak tekak (uvula) dapat turun naik sedemikian rupa. Dalam keadaan bernafas normal, maka langit-langit lunak beserta ujung anak tekak menurun sehingga udara dapat keluar masuk melalui rongga hidung. Demikian pula pada waktu terbentuknya bunyi nassal. Dalam pembentukan bunyi ia sebagai artikulator pasif (dasar atau basis artikulasi), sedangkan artikulator aktifnya adalah pangkal lidah. Bunyi yang dibentuk oleh pangkal lidah (dorsum) disebut dorsal. Gabungan keduanya disebut dorso-velar. Untuk bunyi yang dihasilkan oleh anak tekak (uvula) disebut uvular.
5.      Gusi dalam (alveola, alveolum)
Dalam pembentukan bunyi bahasa gusi sebagai artikulator pasif, sedangkan artikulator aktifnya adalah ujung lidah. Bunyi yang dihasilkan oleh gusi (alveola, alveolum) disebut alveolar. Oleh karena itu, bunyi yang dihasilkan dengan hambatan ujung lidah dengan gusi disebut apiko-alveolar. Selain itu, dapat juga alveolum bekerja sama dengan daun lidah (laminal), gabungan keduanya disebut lamino-alveolar.
6.      Lidah (tangue)
Dalam pembentukan bunyi bahasa lidah sebagai artikulator aktif mempunyai peranan yang sangat penting. Lidah dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu akar lidah (root), pangkal lidah (dorsum), tengah lidah (medium), daun lidah (lamina) dan ujung lidah (apex). Akar lidah bekerja sama dengan rongga keronggkongan menhasilkan bunyi radiko-faringal. Pangkal lidah bekerja sama dengan langit-langit lunak menghasilkan bunyi dorso-velar. Tengah lidah bekerja sama dengan langit-langit keras menghasilkan bunyi medio-palatal. Ujung lidah bekerja sama dengan langit-langit keras menghasilkan bunyi apiko-palatal. Selain itu, ujung lidah dapat juga bekerja sama dengan langit-langit keras manghasilkan bunyi apiko-palatal. Selain itu, ujung lidah dapat juga bekerja sama denga gusi dan gigi atas, sehingga menghasilkan bunyi apiko-alveolar dan apiko-dental.
7.      Rongga Kerongkongan (pharynx)
Rongga kerongkongan atau faring adalah rongga yang terletak di antara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung. Fungsi utamanya adalah sebagai saluran makanan dan minuman. Dalam pembentukan bunyi bahasa peranannya terutama hanyalah sebagai tabung udara yang akan ikut bergetar bila pita suara bergetar. Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh faring disebut bunyi faringal.
8.      Pangkal Tenggorokan
Pangkal tenggorokan adalah rongga pada ujung pipa pernafasan. Rongga ini terdiri atas empat komponen, yaitu tulang rawan krikoid, dua tulang rawan aritenoid, sepasang pita suara, dan tulang rawan tiroid. Tulang rawan krikoid berbentuk seperti lingkaran sebagai tumpuan. Dua tulang rawan aritenoid bentuknya kecil seperti pyramid terletak di atas tulang rawan krikoid. Sistem otot aritenoid dapat bergerak mengatur gerakan sepasang pita suara. Pita suara bagian muka terkait pada tulang rawan tiroid, sedang bagian belakang pada tulang rawan aritenoid terkait pada tulang rawan aritenoid. Sepasang pita suara dapat membuka lebar, membuka, menutup dan menutup rapat. Fungsi utama pita suara ini adalah sebagai pintu klep yang mengatur perjalanan arus udara dari paru-paru ke hidung atau mulut. Tulang rawan tiroid atau lekum dapat dilihat berbentuk menonjol pada kaum laki-laki. Tiroid sebenarnya tidak begitu mempunyai peranan yang berarti dalam pembentukan bunyi bahasa. Dengan peristiwa membuka dan menutupnya pita suara maka terbentuklah suatu celah atau ruang di antara sepasang pita suara. Celah itu disebut glottis. Katup pangkal tenggorokan (epiglottis) terletak pada pintu masuk pangkal tenggorokan, berfungsi untuk melindungi masuknya makanan atau minuman ke batang tenggorokan.
9.      Paru-paru

Fungsi paru-paru adalah untuk pernafasan. Bernafas pada dasarnya adalah mengalirkan udara ke dalam paru-paru (menarik nafas) dan mengeluarkan udara yang telah kotor dari paru-paru (menghembuskan nafas). Selama manusia masih hidup proses mengembang dan mengempisnya paru-paru yang dikerjakan oleh otot-otot paru-paru, otot perut, dan rongga dada berjalan terus tanpa berhenti, arus udara dari paru-paru inilah yang menjadi sumber syarat mutlak terjadinya bunyi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Produksi Bunyi pada Manusia"