Pages

Istilah dalam Sastra Jawa

ISTILAH DALAM SASTRA JAWA

Dibawah ini  adalah istilah – istilah yang sering kita jumpai dalam karya sastra Jawa.
  1. Babad: sastra sejarah dalam tradisi sastra Jawa; digunakan untuk pengertian yang sama   dalam tradisi sastra Madura dan Bali; istilah ini berpadanan dengan carita, sajarah (Sunda), hikayat, silsilah, sejarah (Sumatera, Kalimantan, dan Malaysia).
  2. Bebasan: ungkapan yang memiliki makna kias dan mengandung perumpamaan pada keadaan yang dikiaskan, misalnya nabok nyilih tangan. gancaran: wacana berbentuk prosa.
  3. Gatra: satuan baris, terutama untuk puisi tradisional.
  4. Gatra purwaka: bagian puisi tradisional [parikan dan wangsalan] yang merupakan isi atau inti.
  5. Guru gatra: aturan jumlah baris tiap bait dalam puisi tradisional Jawa (tembang macapat).
  6. Guru lagu: (disebut juga dhong-dhing) aturan rima akhir pada puisi tradisional Jawa.
  7. Guru wilangan: aturan jumlah suku kata tiap bait dalam puisi tradisional Jawa.
  8. Janturan: kisahan yang disampaikan dalang dalam pergelaran wayang untuk memaparkan tokoh atau situasi adegan.
  9. Japa mantra: mantra, kata yang mempunyai kekuatan gaib berupa pengharapan.
  10. Kagunan basa: penggunaan kata atau unsur bahasa yang menimbulkan makna konotatif: ada berbagai macam kagunan basa, antara lain tembung entar, paribasan,bebasan, saloka, isbat, dan panyandra.
  11. Kakawin: puisi berbahasa Jawa kuno yang merupakan adaptasi kawyra dari India; salah satu unsure pentingnya adalah suku kata panjang dan suku kata pendek (guru dan laghu).
  12. Kidung: puisi berbahasa Jawa tengahan yang memiliki aturan jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata tiap baris, dan pola rima akhir sesuai dengan jenis metrum yang membingkainya; satu pupuh kidung berkemungkinan terdapat lebih dari satu pola metrum.
  13. Macapat: puisi berbahasa Jawa baru yang memperhitungkan jumlah baris untuk tiap bait, jumlah suku kata tiap baris, dan vokal akhir baris; baik jumlah suku kata maupun vokal akhir tergantung atas kedudukan baris bersangkutan pada pola metrum yang digunakan; di samping itu pembacaannya pun menggunakan pola susunan nada yang didasarkan pada nada gamelan;secara tradisional terdapat 15 pola metrum macapat,yakni dhandhang gula, sinom, asmaradana, durma,pangkur, mijil, kinanthi, maskumambang, pucung, jurudemung, wirangrong, balabak, gambuh, megatruh, dan girisa.
  14. Manggala: “kata pengantar” yang terdapat di bagian awal keseluruhan teks; dalam tradisi sastra Jawa kuno biasanya berisi penyebutan dewa yang menjadi pujaan penyair (isthadewata), raja yang berkuasa atau yang memerintahkan penulisan, serta–meskipun tak selalu ada–penanggalan saat penulisan dan nama penyair; istilah manggala kemudian dipergunakan pula dalam penelitian teks-teks sastra Jawa baru.
  15. Pada: bait parikan: puisi tradisional Jawa yang memiliki gatra purwaka (sampiran) dan gatra tebusan (isi); pantun (Melayu).
  16. Parikan lamba: parikan yang hanya mempunyai masing-masing dua baris gatra purwaka dan gatra tebusan.
  17. Parikan rangkep: parikan yang mempunyai masing-masing dua baris gatra purwaka dan gatra tebusan.
  18. Pepali: kata atau suara yang merupakan larangan untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu, misalnya aja turu wanci surup.
  19. Pupuh: bagian dari wacana puisi dan dapat disamakan dengan bab dalam wacana berbentuk prosa.
  20. Panambang: sufiks/akhiran.
  21. Panwacara: satuan waktu yang memiliki daur lima hari: Jenar (Pahing), Palguna (Pon), Cemengan (Wage), Kasih (Kliwon), dan Manis (Legi).
  22. Paribasan: ungkapan yang memiliki makna kias namun tidak mengandung perumpamaan, misalnya dudu sanak dudu kadang, yen mati melu kelangan.
  23. Pegon: aksara Arab yang digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa.
  24. Pujangga: orang yang ahli dalam menciptakan teks sastra; dalam tradisi sastra Jawa; mereka yang berhak memperoleh gelar pujangga adalah sastrawan yang menguasai paramasastra (ahli dalam sastra dan tata bahasa), parama kawi (mahir dalam menggunakan bahasa kawi), mardi basa (ahli memainkan kata-kata), mardawa lagu (mahir dalam seni suara dan tembang), awicara (pandai berbicara, bercerita, dan mengarang), mandraguna (memiliki pengetahuan mengenai hal yang ‘kasar’ dan ‘halus’), nawung kridha (memiliki pengetahuan lahir batin, arif bijaksana, dan waskitha), juga sambegana (memiliki daya ingatan yang kuat dan tajam).
  25. Saloka: ungkapan yang memiliki makna kiasan dan mengandung perumpamaan pada subyek yang dikiaskan, misalnya kebo nusu gudel.
  26. Saptawara: satuan waktu yang memiliki daur tujuh hari: Radite (Ngahad), Soma (Senen), Buda (Rebo),Respati (Kemis), Sukra (Jumuwah), dan Tumpak (Setu).
  27. Sasmitaning tembang: isyarat mengenai pola metrum atau tembang; dapat muncul pada awal pupuh (isyarat pola metrum yang digunakan pada pupuh bersangkutan) tetapi dapatpula muncul di akhir pupuh (isyarat pola metrum yang digunakan pada pupuh berikutnya.
  28. Sastra gagrak anyar: sastra Jawa modern, ditandai dengan tiadanya aturan-aturan mengenai metrum dan perangkat-perangkat kesastraan tradisional lainnya.
  29. Sastra gagrak lawas: sastra Jawa modern, ditandai dengan aturan-aturan ketat seperti–terutama–pembaitan secara ketat.
  30. Sastra wulang: jenis sastra yang berisi ajaran,terutama moral.
  31. Sengkalan: kronogram atau wacana yang menunjukkan lambang angka tahun, baik dalam wujud kata maupun gambar atau seni rupa lainnya yang memiliki ekuivalen dengan angka secara konvensional.
  32. Singir: syair dalam tradisi sastra Jawa.
  33. Sot: kata atau suara yang mempunyai kekuatan mendatangkan bencana bagi yang memperolehnya.
  34. Suluk: (1) jenis wacana (sastra) pesantren dan pesisiran yang berisi ajaran-ajaran gaib yang bersumber pada ajaran Islam; (2) wacana yang ‘dinyanyikan’ oleh dalang dalam pergelaran wayang untuk menciptakan ‘suasana’ tertentu sesuai dengan situasi adegan.
  35. Supata: kata atau suara yang ‘menetapkan kebenaran’ dengan bersumpah.
  36. Tembung entar: kata kiasan, misalnya kuping wajan.
  37. Wangsit: disebut juga wisik, kata atau suara yang diberikan oleh makhluk gaib, biasanya berupa petunjuk atau nasihat.
  38. Wayang purwa: cerita wayang atau pergelaran wayang yang menggunakan lakon bersumber pada cerita Mahabharata dan Ramayana.
  39. Weca: kata atau suara yang mempunyai kekuatan untuk melihat kejadian di masa mendatang.
  40. Wirid: jenis wacana (sastra) pesantren yang berkaitan dengan tasawuf.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Analisis naskah kethoprak Rara Kembang Sore

TUGAS AKHIR

ANALISIS NASKAH KETHOPRAK
“RARA KEMBANG SORE”

Disusun guna memenuhi tugas akhir semester mata kuliah Morfologi Lajut
Dosen Pengampu : Bapak Sungging Widagdo

Oleh :

DESI LIA FRASISKA
2601413062
Rombel 3



FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015


NASKAH KETHOPRAK RARA KEMBANG SORE
Naskah Kethoprak Rara Kembang Sore ini dipentaskan dalam Ujian Akhir Kethoprak Bahasa dan Sastra Jawa UNNES angkatan 2009.

ADEGAN 1
Paraga :
1.      Emban (Cenil dan Utri)
2.      Rara Kembang sore
3.      Pangeran Lembu Peteng
4.      Adipati Kalang
5.      Adipati Bedalem

Dua Emban sedang jogetan dan menyapu, bertubrukan kemudian rebut, Kembang Sore keluar langsung menuju kedepan dengan gelisah.
Emban                        : Gusti putri Rara Kembangsore,,
                                    Gusti putri....(Emban saling pandang)
Rr. Kembang Sore      : (mundur, kemudian duduk) Mban, wis sedina kakang Lembu peteng kok durung paring kabar ya? Sms ora apa maneh nelpon
Utri                             : lha Ngetwit napa ngewall gusti putri
Rr. Kembang sore       : padha wae ya durung...
Cenil                           : Lha BBM, gusti putri...
Rr. Kembang sore       : Apa maneh BBM cenil, ora babar blas...
Emban                        : Sing sareh gusti putri, mangkeh sekedhap malih den Lembu peteng lak mriki...
Rr. Kembang sore       :(Mengangguk, kemudian ada suara hp) Eh...sek sek mban ki ana telpon (maju) eh jebul sms,,,kene kene tak wacakake mban..(nembang kemudian duduk lagi)
Datang Pangeran Kalang
Rr. Kembang sore       : Sek, sek mban kayane kae kakang lembu peteng (kecewa karena yang datang kalang)
Kalang                        : Wehhh,,,cah ayu..lagi padha klumpukan ta sajake lagi padha galau kaya prawan lagi ngenteni jaka ngganteng kaya aku ngene
Rr. Kembang sore       : Ah,,paman bisa wae..
Kalang                        : Ana Yuyu dirubung semut ,Cah ayu..kok mrengut? Bakul Parfum wudele bodong, cah ayu, senyum dong..
Rr. Kembang sore       : Ah,,,paman , madosi sinten ta paman?
Kalang                        : Aku yo nggoleki kowe ta nduk sapa maneh sing tak goleki.
Rr. Kembang sore       : Wonten, wonten ing pidaleman.
Kalang                         : Aku bakal sowan, nanging Paman meling yen ana pawongan, sapa wae, kang bakal ngupadi Paman, matura yen Paman ora ana ing papan kene.

Kalang masuk ke kiri, Pengeran Lembu Peteng datang.

Kembang sore             : Kakang Lembu Peteng
Lembu peteng             : Yayi Kembang sore
Kembang sore             : (menghindar) janjimu palsu kakang
Lembu Peteng            : Yayi kembang sore,  kembang sore.
Kembang Sore            : Apa ta kakang
Lembu peteng             : Kembang Sore ana sprei dioyak-oyak susi, Kembang sore aja nesu si
Kembang sore             : Ah kakang..
Lembu Peteng            : Kembang sore, kowe ngerti bedane skripsi karo awakmu?
Kembang Sore            : Bedane apa ta kakang?
Lembu Peteng            : Yen skripsi kuwi tugas akhir, yen kowe cinta terakhir
Lembu Peteng            : Kembang Sore..
Kembang sore             : apa ta kakang
Lembu peteng             : aku ki tresna tenan karo sliramu, apa kowe gelem tak dadekake sisihanku yayi.
Kembang Sore            : Ah..kakang, saestu kakang?
Lembu Peteng            : He’em..
Datang Bedalem dan Pangeran Kalang. Gongsa bunyi terus santak, suwuk.

Bedalem                     : Kembang Sore kowe mrenea … (kembang sore maju ke Bedalem)
Lembu Peteng            : Boten menapa-menapa paman..
Bedalem                     : Kados ngoten niku boten  napa-apa ! Mendah yen apa-apa, kowe ngedir-ngedirake dupeh putra Ratu Majapahit, murang tata temen, kowe luput. Wis wani jawat putraku. Kowe putrane pengayoman, mesthine luwih ngerti  yen kene iki Taman Keputren, sapa wae uwong lanang ora kena lumebu ing papan kene. Kapindone, kowe wis wani ngina marang Bupati Bedalem, aku ora nrimakake, kowe kudu mati saka tanganku. Dak tebah dadaku ora mutah ludira dak guroni kowe lembu peteng.
(Bedalem menyerang lembu peteng, lembu peteng lari)
Kalang                        : Sak estu ta kakang, umpami panjenengan boten priksa piyambak kedadosan punika, mesti panjenengan boten badhe pitados, samenika kados pundi.
Bedalem                     : Siyagakke prajuritmu, Lembu Peteng kudu dadi rangketan, kudu dipateni.
Kalang                        : Mangga kula derek wonten wingking ipun Kakang Bedalem. Hayo cah.
(keluar panggung, masuk lagi perang lembu peteng mati)


ADEGAN 2
Peraga                         : Kadipaten Bethak
1.      Pangeran Bedalem
2.      Patih Darapati
3.      Prajurit Bethak
4.      Pangeran Kalang
5.      Datang : Patih Haryo Pramada.

Bedalem                     : Paman Patih Danapati, kepriye mungguh sowane pra Nayaka, Sentana, Manggala sarta tamtamaning Negari Majapahit teka ing Bethak kene ?
Danapati                     : Ngestokaken dhawuh, sedaya Nayaka Sentana lan tamtamaning sampun ngabyantara wonten ing ngarsa paduka kanjeng adipati.
Bedalem                     : Ndadekake bingahing manahku yen ta para tamtama wis pada ngabyantara ana ing pasewakan agung kene.
Danapati                     : Nuwun sewu, kepareng matur trontong-trontong wonten pawarta menawi para prajurit Majapahit badhe ngluruk wonten kadipaten Bethak niku.
Bedalem                     : Lha miturut penggalihmu kepriye paman Danapati?
Danapati                     : Pepareng menawi kepareng Gusti Adipati matur blaka kemawon wonten ngarsa dalem gusti Prabu Brawijaya ing Majapahit ngantos ngluruk wonten ing kadipaten Bethak mendah kados napa kahanan kadipaten Bethak niki.
Bedalem                     : Yen kowe adipati Kalang?
Kalang                        : kakang adipati Bedalem, panjenengan menika sampun kadhahar dhawuhipun danapati. Lembu peteng sampun lepat lan pantes menawi diparingi ukuman kados mekaten. Sampun kapun dhahar dhawuhipun danapati.
Danapati                     : Kowe aja dadi provokator sing bakal ndadekake kadipaten Bethak dadi rarang abang,
Kalang                        : Kakang Danapati, wong tuwa trunyak-trunyuk ora ngerti apa-apa, pikiren coba iki politik. Wiwit biyen tekan saiki sing jenengen majapahit kuwi negara sing seneng njajah. Yen nganti kakang bedalem sowan wonten Majapahit kuwi padha karo soroh nyawa.
Bedalem                     : Wis..wis..cukup aku wis bisa nyimpulake kepriye mrantasi gawe, paman patih siagakna prajurit kanggo ndadaki Majapahit.

Datang Patih Pramada dari Majapahit

Permada                      : kula  ingkang sowan..
Bedalem                     : Gusti Patih Haryo Permada
                                    Mangga-mangga kula aturi pinarak …
Kalang                        : Sembah kula mugi katur sinuwun Brawijaya ing Majapahit lumantar Gusti Patih Pramada.
Bedalem                     : Nuwun sewu patih, wonten perlu napa kok gusti patih keraya-raya tindak mriki?
Pramada                      : Tekaku ing kadipaten Bethak, diutus ngersa dalem sampeyan dalem Sinuwun Brawijaya ing Majapahit, saperlu nanjihake apa bener Kanjeng Pangeran Lembu Peteng tumekaning seda? Lan sapa sing nyedani? Sapa sing nyedani?
Bedalem                     : Nuwun sewu...e..Kanjeng Pangeran Lembu Peteng pancen sampun dumugine seda.
Kalang                        : Nyuwun sewu, nyuwun sewu. Bab sedanipun  Pangeran Lembu Peteng amargi lepat menggahing pranatan ing Bethak, sampun wani ngewat Nini Kembangsore putri dalem Kakang Pangeran Bedalem.
Permada                      : Lha terus sapa sing nyedani Pangeran Lembu Peteng ? Sepisan maneh sapa?
Bedalem                     : Kula, kula, awit Lembu Peteng sampun wani wonten kaputren.
Permada                      : Bab luput utawa benere prekara iki aku ora diparingi wewenang, mula Adipati Bedalem, bareng-bareng karo aku sowan ing Majapahit.
Bedalem                     : Kula kinten mboten perlu sowan. Kula boten badhe sowan, amargi bab menika sampun rampung, sampun pas menawi Sinuwun Brawijaya, ngantos kalenggahan menika boten wangsul ing Kadipaten Bethak.
Permada                      : Yen ngono sira wis wani mancahi penguwaos dalem sinuwun, kang lumantar Patih Permada. Aku bakal nggunakake wasesaku, Bedalem kowe bakal dak sowanake dadi rangketan.
Bedalem                     : Tatanen prajuritmu metua njaba.

Patih Pramada meninggalkan pasowanan.

Permada                      : Pangeran Bedalem manuta dak rangkeng dak sowanake sinuwun Barawijaya ing Majapahit, yen sira dianggep luput, aku kang bakal nyuwunake pangentheng-entheng pidanamu.
Bedalem                      : Katimbang aku dadi rengketan, luwih becik aku tumekane pati. Hayoo siaga-o.
Perang terjadi Bedalem mati
Datang Pengeran Kalang, langsung jongkok dihadapan Pramada.
Kalang                        : Wadhuh nyuwun pangaksami, sejatosipun boten kirang-kirang anggen kula matur ngersanipun Kakang Pangeran Bedalem, ananging atur kula tansah boten dipundhahar, Bab kedadosan menika kula boten tumut-tumut Gusti Patih.
Permada                      : Wis, wis, adipati Kalang nyatane kowe ora luput, yen Bedalem tumekane pati iku mono ngundhuh wohing pakarti.
Kalang                        : O, mekaten, sanget kaluhuran sabda dalem, Gusti.
Permada                      : Sawetara Bethak komplang, mula Kadipaten Bethak dakpasrahake kowe Kalang. Sak leker genthonge, wewangunan kang rusak merga paperangan wangunen bali karo angranti dawuh-dawuh saka ngersa dalem sinuwun Majapahit.
Kalang                        : (hehehe,,bedalem, bethak kabeh wis ana ing regemanku. Harya Permada, entenana sesuk aku sing bakal dadi ratu ing Majapahit hahhahhahah...)
                                    Menawa makaten kula nyuwun pamit.

ADEGAN 3
TAMAN SARI BETHAK/keputren : (Susahan)
Paraga                         :
1.        Rara Ringgit
2.        Retno Husada
3.        Pangeran Kalang
4.        Prajurit Bethak

Emban dan Rr. Ringgit sedang bercengkrama
Emban                        : Sampun sampun Gusti Putri Rara Ringgit, ampun dados penggalihipun panjenengan menawi sampun lega manahipun Gusti Kembang sore lak nggih wangsul wonten pidaleman.
Rr. Ringgit                  : Iya mban,aku ya wis lila legawa yen kembang sore lunga saka Bethak kene.Nanging ora kuwi sing dadi pikirku, dina iki ana perang antarane Majapahit klawan Bethak, mendah kaya apa nasipe para kawula alit.
Emban                        : Nggih Gusti, menika ampun dados tainggel jawabe para nayaka sentana ing kadipaten Bethak mriki.

Kalang datang dan menyuruh emban-emban keluar agar bisa berduaan dengan rara ringgit.

Kalang                        : Cah Ayu...ora usah dadi pikirmu ana aku sing bakal ngayomi sliramu. Yen tak sawang-sawang sajake kowe kok sungkawa ing galih. Matura ana apa? Kowe rak yo ngerti to? Wiwit biyen nganti saiki aku durung duwe sisihan. Lakyo merga ngenteni kowe. (mendekati Rara Ringgit)
Emban                        : gusti.. gusti
Kalang                        : Matura ana apa? Kowe rak yo ngerti to? Wiwit biyen nganti saiki aku durung duwe sisihan. Lakyo merga ngenteni kowe.
                                    Nini, apa kowe seneng
Rara Ringit                 : Apa kakang (ketus)
Kalang                        : Aku bakal ndadekna kowe sisihanku ringgit, gelem ya cah ayu..
Rara ringgit                 : Emoh....kakang,,,emoh...
Kalang                        : Halah...cah ayu gelem ya cah ayu,
Rara Ringgit               : Yen ngono tumindakmu kakang Kalang, dak tuturake kakang bedalem kowe..
Kalang                        : Ha..ha..ha... Bedalem, bedalem wis tumeking pati aneng tangane  patih Haryo Permada, hahhahaha...(berjalan-jalan di anggung)
 Rara Ringgit              :  kakang bedalem.....(menangis, terkulai)
Kalang                        : aku sing saguh ngayomi kowe Rara Ringgit, awit saiki aku sing nguwasani bethak sak leker genthonge kalebu sliramu!!! Mula kowe ora duwe wewenang kanggo nampik aku. Aku adipati Bethak sing anyar!!
Rara Ringgit               : Ampun-ampun kakang...Aja ngono Kakang iki mangsa bela sungkawa aja ngono...
Kalang                        : Ora! Kowe kudu gelem.. apa aku kudu mrawasa kowe? Ayo manut, manut nggih..? tampanana brantahipun kakang! Selak ora kuwat aku, murih mareming salulut...hah..
Rara Ringgit               : Kangmbok,...!!
Retno Husada masuk Ringgit keluar
Retno Husada             : Wis..wis yayi luwih becik kowe mlebua sik..
Retno Husada             : Kalang, murang tata timen kowe, sapa Ringgit lan sapa kowe ? Wong lanang ora idep isin..
Kalang                        : Kang mbok ayu-ayu kok kaya mangkono to kangmbok?? (nyedaki Retno Husada karo jowal-jawil)
Retno Husada             : Kalang yen aku dadi kowe dak beset pasuryan-ku. Sanajan saiki kowe di paringi panguwasa yen Ki Patih Pramada ning ora kaya ngono kuwi cak-cakanmu, ora pantes.
Kalang                        : Kangmbok yen kowe sabela marang adimu Rara Ringgit kuwi mono jeneng wis pas, jer kuwi sedulurmu. Nanging saiki Rara Ringgit lunga saka Kadipaten Bethak. Minggat ta kowe, selak sepet mripatku nyawang rupamu kowe, Husada.
Retno Husada             : Yoh, aku bakal lunga,

Retno husada pergi, Kalang sedikit bergumam, datang para prajurit Tanggul Angin.

Kalang                        : Jurit, aja wedi kangelan, rangketen Rara Ringgit ajaken bali, lan sing saperangan patenana Retno Husada, mundak gawe sesuker ing Kadipaten Bethak.
Jurit                             : Sendika, nyuwun tambahing pangestu.
(Rara ringgit sendirian di dekat kolam)
Rr. Ringgit                  : Duh Gusti ingkang Maha Agung, kenging menapa kedah kula ingkang nandang lelampahan ingkang kados mekaten. Adipati Kalang, katimbang aku dadi garwamu, luwihbecik dak enthengake patiku, Duh Kangmas Bedalem, Kangmbok kula nyuwun pamit …

Datang Pangeran Kalang,
Kalang                        : (mulai dari dalam), Kangmbok Ringgitttt … Aja! Aja! Ya gene kowe nekat nglalu. Yoh, menawa wis ginaris yen lelakon iki kaya ngene.
Prajurit                        : Sampun, sampun Kanjeng, Rara Ringgit sampun njegur ing salebeting sendang, sampun dumugining seda, sumangga kula aturi ngeklasaken.
Kalang                        : Patih lan kowe, kowe kabeh, kanggo pengeling-eling papan kene mbesok katelaha Sendang Ringgit. Aku jaluk wiwit saiki ayo mbudi daya, nglumpukake para nom-noman nambahi wilangane prajurit, aku bakal misahake saka panguasa ing Majapahit. Aku bakal mbalela. Mbalela..!!

ADEGAN 4
PERTAPAN GUNUNG WILIS
Paraga                         :
1.            Resi Winadi
2.            Retno Husada
3.            Patih Haryo Permada
4.            Cantrik
5.            Mentrik

Resi                             : Para cantrik lan mentrik ing Gunung Wilis, kabeh wae, apa kowe wis padha ngrampungake kwajibanmu dhewe-dhewe ? Kaya reresik padepokan, ngisi padasan sing kanggo sesuci, lan pegawean-pegawean liyane ??
Kabeh                         : Sampun, sampun Sang Resi .
Resi                             : Bola-bali aku paring dhawuh marang kowe kabeh, mbudi dayanging manungsa tan kuwawa ambedah kuthane pesthi. Mula ya cah, angagungna panguwasane Gusti, anggedhekna manembah marang Gusti Ingkang Maha Agung, lerek-e asiha marang sapadha-padhane tumitah … Ngertia yen sedela maneh bakal ana tamu Agung.
Kabeh                         : Inggih, inggih Sang Resi.

Datang Patih Pramada
Permada                      : Kula nuwun..
Resi                             : Mangga, mangga, katuran pinarak.
Permada                      : Apa aku wis adepan karo Resi Winadi?
Resi                             : Saderengipun kula ngaturaken sembah, selajengipun menawi andika mundhut pirsa, inggih kula menika ingkang winastan Empu Winadi. Lajeng panjenengan sinten lan badhe napa kok keraya-raya tindak wonten pertapan mriki?
Permada                      : Mangertia Sang Resi, aku Haryo Permada patih saka Majapahit.
Dene tekaku ing Gunung wilis kene diutus ngersa Dalem Sinuwun ing Majapahit, nakyinake, apa bener kowe nglumpukake nom-noman supaya dadi muridmu ? Terus apa kowe wis nyuwun palilah ana ngersane dalem sinuwun Brawijaya ing Majapahit ? Lan apa sing kok wulangake, Sang Resi ?
Resi                             : Kaluhuran Gusti Patih. Dene para murid kula wulang tumuju dhateng kasaenan manembah dumateng Gusti ingkang nyiptakake jagad, ugi saiyek saeka kapti tansah migatosaken dumateng panguwaos dalem Sinuwun ing Majapahit, manunggalaken raos manunggal asih dumateng somo samaning dumados.
Permada                      : Wulangan kang becik di lestarekake andhika bisaa duwe pangeran. Yoh, sanajan sira durung nyuwun palilah dalem Sinuwuning Majapahit, besuke mesthi bakal dadi atur ngersa dalem.
Mentrik                       : Nuwun sewu Sang Empu, kula mentrik ingkang tinagenah jagi wonten ngajeng kepareng matur, menawi lepat nyuwun gunging pangaksami. Bilih ing njawi wonten tamu satunggaling ibu-ibu ingkang kepengin marak wonten ngersanipun Sang Resi.
Resi                             : Dak tampa, enggal aturna lumebu.
Retno Husada             : Kula nuwun … kula pun Retno Husada saking Bethak. Lampah kula madosi anak kula ingkang kesah saking griya, ngantos dumugining ngriki, pramuila kula nyuwun panonopan ing redi cilik ngriki, Sang Empu.
Permada                      : Lho, kok kowe Retno Husada, ya gene ora utusan para prajurit narasandi wae ?
Retno Husada             : Waduh, Gusti Patih Pramada, nyuwun gunging pangaksami, sa sedanipun Kangmas Bedalem panguwaos ing Kadipeten Bethak diasta dening Yayi Pengeran Kalang, negari dados risak, malah Yayi Rara Ringgit dipun prawasa, bade dipun pundut garwa boten purun malah sak menika los saking Bethak, duka wonten pundi purukipun.
Permada                      : Nanging ya gene sira ana papan kene ?
Retno Husada             : Kula ugi dados korban, dipun tundung saking Bethak, rahayunipun kula saget lumajar ngantos diarang-arang lampah kula ngantos dumugi ing ngriki.
Permada                      : Dikepenake lungguhmu, Lho Sang Empu sajak kaya ngembeng sungkawa? Ana apa to?
Resi                             : Ibu ! Kula pun Kembangsore, ….
Permada                      : Lho Nini Kembangsore yo gene aku ora ngerti.
Empu                          : Mangga…mangga ibu, lenggah ing caket kula, mugi-mugi Gusti enggal paring pepadang, bab lampahan menika.

Datang Pangeran Kalang, sambil lampah dodok.

Rtno Husada              : Sopo sira wani munggah ing Gunung Cilik kene ?
Kalang                        : Menapa kula sampun  kepanggih  kaliyan Sang Resi Winadi ?
Empu                          : Wis, sira wis ana ngersane Ang Empu Winadi. Lan terus sapa sira, lan duwe kekarepan apa tekamu ing Gunung Cilik kene ?
Kalang                        : Kula Pengeran Kalang Adipati Bethak. Dene teka kula ing ngriki, kula badhe nyuwun ngampil pusaka, saking pangertosan kula kepareng dipun suwun menawi kedah lampah dodok lan saben tigang pecak nyembah. Wiwit saking Bethak dumugi papan ngriki sampun kelampahan lampah ndodok. Pusaka menika bade kula angge ngrebahaken Mojopahit, kedah manungkul ing Kadipaten Bethak.
Permada                      : Kalang, coba tontonen sapa sing ana pangarepmu lan tontonen sapa aku !
Kalang                        : Lhoooo Kembang Sore…to, panjenengan Gusti Patih, boten…3x !
Kalang lari meninggalakan tempat itu
Permada                      : Nyuwun pamit dak bujunge si Pangeran Kalang.


Adegan 5                    : Kadipaten Bethak
Kalang lari hinngga ke kadipaten Bethak, Permada dan para cantrik mencari Kalang
Permada                      : Kalang....!!!!!!!!!!metua kowe kalang....!!!!!!!
Kabeh                         : Kalang..Kalang

Kalang dan permada perang hingga kalang mati dihunus keris oleh Resi Winadi (Kembang sore)




ANALISIS NASKAH KETHOPRAK RARA KEMBANG SORE

No.
TEMBUNG
KATEGORI
1.       
Gusti
Artikula
2.       
Putri
Nomina murni
3.       
Emban
Nomina murni
4.       
Wis
Kata bantu predikat (aspek)
5.       
Sedina
Pronominal demonstratif temporal
6.       
Kakang
Nomina murni
7.       
Kok
Partikel pelunak
8.       
Durung
Kata bantu predikat (aspek)
9.       
Paring
Verba
10.   
Kabar
Nomina murni
11.   
Apa maneh
Konjungsi
12.   
Nelpon
Verba de nominal
13.   
Lha
Interjeksi primer
14.   
Ora babar blas
Adjektiva
15.   
Babar blas
Adverbial
16.   
Sing
Pronomina relative
17.   
Sareh
Nomina murni
18.   
Mangkeh
Pronominal demonstrative temporal
19.   
Sekedhap
Adverbial
20.   
Mriki
Pronominal demonstrative arah
21.   
Iki
Pronominal demonstrative substantive
22.   
Telpon
Nomina murni
23.   
Kene
Pronominal demonstrative lokatif
24.   
Tak
Pronominal posesif (proklitik)
25.   
Takwacakake
Kata kerja asal transitif
26.   
Kae
Pronominal demonstrative substantive
27.   
Ayu
Adjektiva murni
28.   
Sajake
Adverbial murni
29.   
Ngenteni
Verba aktif
30.   
Prawan
Nomina murni
31.   
Jaka
Nomina murni
32.   
Ganteng
Adjektiva murni
33.   
Aku
Pronominal persona
34.   
Ngene
Pronominal demonstrative deskriptif
35.   
Ah
Interjeksi primer
36.   
Paman
Nomina murni
37.   
Yuyu
Nomina murni
38.   
Dirubung
Verba de adjektiva
39.   
Semut
Nomina murni
40.   
Mrengut
Adjektiva murni
41.   
Bakul
Nomina murni
42.   
Bodong
Adjektiva murni
43.   
Madosi
Verba aktif
44.   
Sinten
Pronominal interogatif/pitakon
45.   
Ta
Partikel pelengkap
46.   
Nggoleki
Verba aktif
47.   
Ing
Preposisi
48.   
Pidaleman
Nomina murni
49.   
Bakal
Kata bantu predikat (aspek)
50.   
Sowan
Verba murni
51.   
Nanging
Konjungsi koordinatif
52.   
Yen
Konjungsi subordinatif
53.   
Papan
Nomina murni
54.   
Janjimu
Pronominal posesif (enklitik)
55.   
Palsu
Adjektiva murni
56.   
Apa ta?
Pronominal interogatif / pitakon
57.   
Sprei
Nomina murni
58.   
Dioyak
Verba pasif
59.   
Nesu
Adjektiva murni
60.   
Aja nesu si
Partikel pelengkap
61.   
Skripsi
Nomina murni
62.   
Karo
Konjungsi koordinatif
63.   
Awakmu
Pronominal persona
64.   
Kuwi
Pronominal demonstrative substantive
65.   
Tresna
Adjektiva murni
66.   
Tenan
Adverbial
67.   
Sliramu
Pronominal persona
68.   
Sisihanku
Nomina de adjektiva
69.   
Mrene
Pronominal demonstrative arah
70.   
Ngoten
Pronominal demonstrative substantive
71.   
Niku
Pronominal demonstrative substantive
72.   
Wani
Adjektiva murni
73.   
Putraku
Nomina murni
74.   
Pengayoman
Nomina de adjektiva
75.   
Mesthi
Kata bantu predikat (modalitas)
76.   
Taman
Nomina murni
77.   
Keputren
Nomina murni
78.   
Kapindone
Numeralia
79.   
Ngina
Verba de adjektiva
80.   
Bupati
Nomina murni
81.   
Nrimakake
Verba asal transitif
82.   
Tanganku
Nomina murni
83.   
Dak
Pronominal posesif (proklitik)
84.   
Daktebah
Verba pasif
85.   
Dadaku
Nomina murni
86.   
Ludira
Nomina murni
87.   
Dakguroni
Verba pasif
88.   
Panjenengan
Pronominal persona
89.   
piyambak
Pronominal persona
90.   
Punika
Pronominal demonstrative temporal
91.   
Mesthi
Kata bantu predikat modalitas
92.   
Badhe
Kata bantu predikat aspek
93.   
Pitados
Adjektiva
94.   
Samenika
Pronominal demonstrative temporal
95.   
Kados pundi
Pronominal interogatif
96.   
Siyagakake
Verba de adjektiva
97.   
Prajurit
Nomina murni
98.   
Prajuritmu
Pronominal posesif (enklitik)
99.   
Wingking
Adverbial
100.                       
Kula
Pronominal persona
101.                       
Kepriye
Pronominal interogatif
102.                       
Sowane
Nomina de verba
103.                       
Sarta
Konjungsi koordinatif
104.                       
Tamtama
Nomina murni
105.                       
Negari
Nomina murni
106.                       
Ngestokaken
Verba de adjektiva
107.                       
Dhawuh
Verba murni
108.                       
Sedaya
Numeralia pokok tak tentu
109.                       
Sampun
Kata bantu predikat (aspek)
110.                       
Ngarsa
Adverbial
111.                       
Bingah
Adjektiva murni
112.                       
Manahku
Nomina murni
113.                       
Pasewakan
Nomina de adjektiva
114.                       
Agung
Adjektiva murni
115.                       
Pawarta
Nomina murni
116.                       
Ngluruk
Verba
117.                       
Kadipaten
Nomina murni
118.                       
Ndadekake
Verba
119.                       
Kepareng
Adjektiva
120.                       
Matur
Verba
121.                       
Trontong-trontong
Adverbial
122.                       
Menawi
Konjungsi subordinatif
123.                       
Ngantos
Preposisi polimorfemis
124.                       
Kahanan
Adverbial
125.                       
Menika
Pronominal demonstrative substantive
126.                       
Kadhahar
Verba pasif
127.                       
Dhawuhipun
Nomina de verba
128.                       
Lepat
Adjektiva
129.                       
Lan
Konjungsi koordinatif
130.                       
Pantes
Adverbial
131.                       
Diparingi
Verba pasif
132.                       
Ukuman
Nomina murni
133.                       
Mekaten
Pronominal demonstratif deskriptif
134.                       
Provokator
Nomina murni
135.                       
Rarang Abang
Nomina murni
136.                       
Tuwa
Adjektiva
137.                       
Trunyak-trunyuk
Adverbial
138.                       
Pikiren
Verba aktif
139.                       
Biyen
Pronominal demonstrative temporal
140.                       
Tekan
Preposisi polimorfemis
141.                       
Saiki
Pronominal demonstrative temporal
142.                       
Seneng
Adjektiva murni
143.                       
Njajah
Verba aktif
144.                       
Bedalem
Nomina murni
145.                       
Karo
Konjungsi koordinatif
146.                       
Nyawa
Nomina abstrak
147.                       
Wis
Kata bantu predikat aspek
148.                       
Nyimpulake
Verba aktif
149.                       
Mrantasi
Verba aktif
150.                       
Ndadaki
Verba aktif
151.                       
Aturi
Verba aktif
152.                       
Pinarak
Verba murni
153.                       
Sembah
Verba murni
154.                       
Katur sinuwun
Nomina
155.                       
Lumantar
Preposisi polimorfemis
156.                       
Keraya—raya
Adverbial
157.                       
Tindak
Verba murni
158.                       
Mriki
Pronominal demonstrative arah
159.                       
Tekaku
Nomina de verba
160.                       
Tekaku
Pronominal (enklitik)
161.                       
Kadipaten
Nomina murni
162.                       
diutus
Verba pasif
163.                       
Dalem
Nomina murni
164.                       
Sampeyan
Pronominal persona
165.                       
Nanjihake
Verba aktif
166.                       
Bener
Adjektiva
167.                       
Seda
Adjektiva
168.                       
Kanjeng
Artikula
169.                       
Sapa
Pronominal interogatif
170.                       
nyedani
Verba aktif
171.                       
e,,
Interjeksi
172.                       
Sampun
Kata bantu predikat aspek
173.                       
Dumugi
Preposisi polimorfemis
174.                       
Amargi
Konjungsi subordinatif
175.                       
Lepat
Adjektiva
176.                       
Menggahing
Nomina de verba
177.                       
Pranatan
Nomina
178.                       
Ngruwat
Verba aktif
179.                       
Sepisan
Numeralia
180.                       
Keputren
Nomina murni
181.                       
Utawa
Konjungsi koordinatif
182.                       
Prekara
nomina
183.                       
Diparingi
Verba pasif
184.                       
Wewenang
Nomina
185.                       
Mula
Konjungsi subordinatif
186.                       
Bareng-bareng
Adverbial
187.                       
Sowan
Verba murni
188.                       
Rampung
Kata bantu predikat aspek
189.                       
Menawi
Konjungsi subordinatif
190.                       
Kanggo
Konjungsi subordinatif
191.                       
Kalenggahan
Verba pasif
192.                       
Wangsul
Verba
193.                       
Sira
Pronominal persona
194.                       
Mancahi
Verba aktif
195.                       
Penguwaos
Nomina murni
196.                       
Nggunakake
Verba aktif
197.                       
Wasesaku
Nomina
198.                       
Daksowanake
Verba pasif
199.                       
Rangketan
Nomina de adjektiva
200.                       
prajuritmu
Nomina murni
201.                       
Metu
Verba murni
202.                       
njaba
Adverbial
203.                       
Dakrangkeng
Verba pasif
204.                       
dianggep
Verba pasif
205.                       
Kang
Pronominal relative
206.                       
nyuwunake
Verba aktif
207.                       
pidanamu
Pronominal enklitik
208.                       
Katimbang
Preposisi polomorfemis
209.                       
Rengketan
Nomina de adjektiva
210.                       
Becik
Adjektiva
211.                       
Wadhuh
Interjeksi sekunder
212.                       
Nyuwun
Verba murni
213.                       
sejatos
Adjektiva
214.                       
Kirang-kirang
Adjektiva
215.                       
Tansah
Kata bantu predikat pengungkap keseringan
216.                       
dipundhahar
Verba pasif
217.                       
Tumut
Verba
218.                       
Iku
Pronominal demonstrative substantive
219.                       
Pati
Nomina
220.                       
Mono
Pronominal demonstrative deskriptif
221.                       
ngundhuh
Verba murni
222.                       
woh
Nomina murni
223.                       
pakarti
Nomina
224.                       
O,
Interjeksi
225.                       
Mekaten
Pronominal demonstrative deskriptif
226.                       
Sanget
Adverbial
227.                       
Kaluhuran
Nomina
228.                       
Komplang
Adverbial
229.                       
Dakpasrahake
Verba pasif
230.                       
Sakleker
Adverbial
231.                       
Genthong
Nomina murni
232.                       
Wewangunan
Nomina
233.                       
Rusak
Adjektiva
234.                       
Peperangan
Nomina
235.                       
Bali
Verba murni
236.                       
Sesuk
Prnomina demonstrative temporal
237.                       
Kabeh
Pronominal indeterminatif
238.                       
Ratu
Nomina murni
239.                       
Pamit
Verba murni
240.                       
penggalihipun
Nomina
241.                       
Lega
Adjektiva
242.                       
Manahipun
Nomina
243.                       
Pidaleman
Nomina murni
244.                       
Legawa
Adjektiva
245.                       
Saka
Preposisi
246.                       
Kene
Pronominal demonstrative lokatif
247.                       
Nanging
Konjungsi korelatif
248.                       
Dina
Nomina murni
249.                       
Perang
Verba murni
250.                       
Antarane
Konjungsi koordinatif
251.                       
Klawan
Konjungsi koordinatif
252.                       
Para
Artikula
253.                       
Ayu
Adjektiva
254.                       
Pikirmu
Nomina
255.                       
Sing
Pronominal relative
256.                       
Alit
Adjektiva
257.                       
Ngayomi
Verba aktif
258.                       
Sliramu
Pronominal persona
259.                       
Yen
Konjungsi subordinatif
260.                       
Tak
Partikel prioritas
261.                       
Sawang
Verba murni
262.                       
Sajak
modalitas
263.                       
Kok
Partikel pelunak
264.                       
Sungkawa
Adjektiva
265.                       
galih
Nomina murni
266.                       
Matur
Verba murni
267.                       
to
Partikel pelunak
268.                       
Ngenteni
Verba aktif
269.                       
Ndadekna
Verba aktif
270.                       
Sissihanku
Nomina murni
271.                       
Ngono
Pronominal demonstrative deskriptif
272.                       
Tumindakmu
Nomina de verba
273.                       
Daktuturake
Verba pasif
274.                       
Saguh
Adjektiva
275.                       
Nampik
Verba murni
276.                       
Anyar
Adjektiva
277.                       
Kudu
Modalitas
278.                       
Mrawasa
Adjektiva
279.                       
Tampa
Verba murni
280.                       
Brantahipun
Nomina
281.                       
Kuwat
Adjektiva
282.                       
Marem
Adjektiva
283.                       
hah
Interjeksi
284.                       
Wong lanang
Nomina murni
285.                       
Isin
Adjektiva
286.                       
Mangkono
Pronominal demonstrative deskriptif
287.                       
Dakbeset
Verba pasif
288.                       
Pasuryan
Nomina
289.                       
Sanajan
Konjungsi subordinatif
290.                       
ning
Konjungsi korelatif
291.                       
adimu
Nomina murni
292.                       
Jeneng
Nomina murni
293.                       
sedulurmu
Nomina murni
294.                       
Minggat
Verba murni
295.                       
Sepet
Adjektiva
296.                       
Mripatku
Nomina murni
297.                       
nyawang
Verba murni
298.                       
Rupamu
Nomina murni
299.                       
Kangelan
Adverbial
300.                       
Garwamu
Nomina murni



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS